DARI REDAKSI
SALIRA TV MEMBUKA KERJA SAMA KONTRIBUTOR BERITA ADVERTORIAL – PELUANG MENJADI WARTAWAN FREELANCE “MEREKAM INDONESIA”. UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, HUBUNGI WHATSAPP CENTER SALIRA TV DI 0838-9640-3437.

Kisah Kakek dan Nenek yang Lapar dan Sepi di Balik Balai Kota Tasik yang Megah

SALIRA TV | KOTA TASIKMALAYA – Di balik megahnya bangunan Balai Kota Tasikmalaya yang menjadi simbol pemerintahan daerah, terselip kenyataan getir yang kerap luput dari perhatian publik. Kisah pilu para lansia yang hidup dalam keterbatasan menjadi cermin bahwa tidak semua sudut kota bersinar terang.

Pada Selasa, 8 Juli 2025, seorang dermawan lokal, H. Wahyu, kembali melanjutkan misi kemanusiaannya. Berdasarkan laporan dari masyarakat melalui media sosial, ia mengunjungi warga lanjut usia yang hidup dalam kondisi serba kekurangan di wilayah perkotaan.

Tujuan pertamanya adalah Kampung Rancageuneung, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Bungursari. Di sana, ia menjumpai Kakek Endang (68), yang telah empat tahun terakhir berjuang melawan stroke seorang diri. Tanpa pendamping hidup dan tanpa penghasilan tetap, keseharian Kakek Endang hanya bergantung pada uluran tangan tetangga.

H. Wahyu datang membawa bantuan berupa sekarung beras dan uang tunai sebesar seratus ribu rupiah. Namun yang lebih menyentuh adalah kepeduliannya terhadap kondisi fisik rumah sang kakek—sebuah bangunan sederhana yang jauh dari kata layak huni. Situasi ini menjadi pengingat bahwa masih banyak warga yang hidup dalam garis kemiskinan, bahkan di tengah kota.

Perjalanan H. Wahyu berlanjut ke rumah Mak Anah, seorang nenek berusia 80 tahun yang hidup dengan semangat hidup luar biasa. Meski usia telah renta, Mak Anah tetap istiqomah dalam beribadah dan mengaji setiap hari. Ia menerima bantuan serupa dari H. Wahyu, yang turut terharu melihat semangat hidup yang terpancar dari wajah tua itu.

Aksi kemanusiaan ini tidak hanya menjadi simbol empati, tetapi juga panggilan moral bagi masyarakat luas dan para pemangku kebijakan. Bahwa di tengah kemajuan kota, masih ada jiwa-jiwa yang bertahan dalam senyap dan kesunyian.

Kolaborasi antara masyarakat digital dan pribadi yang peduli, seperti yang dilakukan H. Wahyu, membuktikan bahwa empati sosial masih hidup dan bisa ditumbuhkan. Semoga kisah ini menjadi pemantik kepedulian lebih luas, demi terwujudnya Kota Tasikmalaya yang ramah dan adil bagi semua lapisan warganya.

Dari Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Reporter Heri Heryanto mengabarkan untuk Salira TV.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!